TIPS PERSIAPAN MENIKAH ALA AKU
Yo gaes, annyeonghaseyo!
Setelah sekian purnama, akhirnya ada ide nulis lagi. Tapi, kali ini topiknya beneran nyeleneh--dan aslinya bukan aku banget. Yah, udah muncul kan di judul? Jadi aku gausah kasih tau lagi ya, wk
Jadi, kenapa aku bikin tulisan dengan topik seperti ini?
Pertama, karena aku sejak kuliah udah kesel banget sama akhwat yang kebanyakan baper pengen dinikahin, atau ikhwan yang kebanyakan ngasih komitmen nikah gak jelas. Dengan artian, mereka nikah hanya karena pengen menikmati pacaran. HEY HELLO, NIKAH GAK SEMUDAH ITU WOI ELAH
Menikah memang ibadah, tapi tau kan kalau semua ibadah itu nggak bisa asal? Ada aturannya, kan? Orang sholat aja ada aturannya, masa nikah gaada aturannya.
Kedua, demi mengurangi angka pernikahan dini di Indonesia, yang dampaknya bisa merembet ke mana-mana, termasuk angka kelahiran, perceraian, terutama. HEHEHE
Gak usah lama-lama lagi, langsung aku mulai aja deh. Tips mempersiapkan pernikahan ala aku~
Disclaimer : sejujurnya, aku masih belum nikah. Usiaku bahkan masih 21 ketika aku nulis ini. Masih banyak tujuan juga yang belum kecapai. Tapi, tulisan ini nantinya bakal aku pake sebagai guideline aku ketika sudah waktunya. Kalau bisa persiapan dari sekarang kenapa enggak?
Persiapan diri sendiri
Oke, jadi yang pertama, dan yang paling penting adalah persiapkan diri kita sendiri dulu. Ingat, semuanya berawal dari diri sendiri. Tujuannya apa? Biar kita selalu dalam keadaan siap jika mau melamar/sewaktu-waktu kita dilamar. Layaknya kematian, siap nggak siap kita pasti bakal mati. Makanya harus persiapan sedini mungkin.
Bentuk persiapannya seperti apa?
1. Tentukan patokan/target usia kamu akan menikah
Walau ada banyak kasus di mana orang akan menikah lebih cepat atau bahkan lebih lambat dari targetnya, tapi punya standar atau patokan sendiri itu penting. Ini juga termasuk perencanaan. Jadi, kamu bisa merencanakan kira-kira pas umur sekian mau ini, itu, dan sebagainya.
Jika ternyata kamu akan menikah lebih cepat dari waktu target, jangan lupa diskusikan target-target kamu dengan calon pasangan. Kalau lebih lambat, jangan takut gak punya jodoh. Cuman belum waktunya aja itu. Kamu bisa isi waktu dengan banyak hal produktif ketika itu.
2. Perbanyak wawasan
Pasti semua tahu, kan, kalau menambah ilmu itu wajib. Termasuk ilmu pernikahan dan printilannya. Perbanyak literasi mengenai hal-hal tersebut, bisa dari Al-Qur'an, hadits, sunnah Nabi, atau buku-buku lainnya. Kamu bisa bertanya ke orang tuamu atau keluarga terdekatmu. Mereka sudah pernah mengalaminya, jadi perbanyak bertanya kepada mereka juga.
3. Asah kemampuan berumah tangga
Nah, urusan kehidupan pasca nikah alias rumah tangga ini penuh dengan banyak permasalahan kompleks. Lebih kompleks daripada di dunia sekolah, kuliah, bahkan kerja sekalipun. Kalian harus tahu ini. Baik calon suami maupun istri, kemampuan yang harus diasah untuk menghadapi permasalahan ini hampir sama. Contohnya, keterampilan mengurus rumah, mengurus anak, mencari nafkah, bahkan sampai komunikasi dan problem solving juga perlu.
Kalau untuk urusan finansial, perempuan juga perlu nih cari penghasilan tambahan, syukur-syukur kalau bisa dikerjakan dari rumah. Memang sih tugas utamanya adalah mengurus rumah. Tapi, jika sewaktu-waktu suami kamu punya masalah di pekerjaan yang bisa berdampak ke finansial, uang yang kamu peroleh juga bisa kepake untuk bantuin suami dan keluarga kamu, loh. Meskipun penghasilan istri adalah milik istri dan penghasilan suami adalah milik bersama (katanya), tapi dalam rumah tangga itu harus saling membantu juga, terutama sama urusan duit.
3. Sebisa mungkin, susun daftar pertanyaan untuk proses ta'aruf
Ketika kamu bikin perencanaan dalam hal menikah, kadang kamu bakal memikirkan kemungkinan-kemungkinan hal yang terjadi dalam rumah tangga. Entah hasil baca-baca atau hasil tanya orang tua. Biar nggak segera lupa, segera catat pertanyaan itu. Pertanyaan itu nanti bisa kamu ajuin pas ta'aruf untuk ngetes calon pasangan.
4. Jangan lupa niat yang bener, jangan lupa berdoa yang bener
Ini nih yang paling penting. Yang pertama, cek dulu niat dan tujuan kamu menikah itu apa. Ingin menikah karena Allah atau udah terlanjur baper, hayo? Terus, banyak-banyak berdoa kepada Allah agar didatangkan jodoh yang terbaik di waktu terbaik. Jangan memaksakan nama seseorang untuk menjadi pasangan hidupmu. Mintalah yang terbaik, itu saja udah cukup. Allah itu udah tau siapa orang yang benar-benar kamu cintai meskipun kamu gak bilang.
Cara memilih pasangan hidup ala aku
Oke, persiapan diri sendiri udah. Sekarang, lanjut ke cara memilih calon jodoh. Secara garis besar, orang bisa kenal dengan calon jodohnya lewat tiga cara :
1. Kenal di sekolah/kuliah/tempat kerja/organisasi/dsb
Kalau ini, kita kenal dengan calon pasangan kita secara fisik atau secara langsung. Kenal karena dia temen satu kuliahan kah, temen seorganisasi kah, atau yang lain. Jadi kita bener-bener tau dia wajahnya kayak apa, suaranya kayak apa, sikapnya kayak apa, dsb. Bahkan kita pun udah sempet ngobrol dengan si doi, entah tentang kerjaan, tugas, atau sebagainya. Umumnya, kita juga udah tau dia asalnya dari mana, tinggalnya di mana, usianya berapa, kerjanya di mana, dsb. Itu wajar karena pasti sudah ada sesi introduction atau perkenalan duluan pas awal-awal ketemu. Ya kan?
2. Dikenalin keluarga/teman
Kalau yang ini, biasanya pas usia kita sudah menginjak usia rata-rata menikah, kadang beberapa orang tua atau keluarga tiba-tiba ngenalin ke kamu, "Eh, ini ada si A yang mau nikah sama kamu. Mau nggak? Orangnya begini begini begini....." Nah, dari sini kita bisa tau kalau kita bakal kenal sama dia dari 'katanya' orang lain. Biasanya, ketika yang ngenalin ini adalah orang-orang terdekat yang pastinya kamu percaya, kamu sendiri juga bakal percaya apa yang dikatakan itu.
3. Pake CV ta'aruf
Cara yang terakhir ini adalah cara yang juga banyak dipakai oleh ikhwan maupun akhwat karena dia bener-bener mengusung unsur Islami. Hampir sama sih dengan cara dikenalin, tapi di sini bedanya adalah kita mengenal calon pasangan lewat CV. Wajahnya kita cuman dikasih foto, dan di situ juga ada biodata calon pasangan kita. Udahlah, pokoknya persis kayak CV ketika kita ngelamar kerja.
Update : dapat tambahan nih dari temen, hehe
Untuk isinya CV ta'aruf itu mirip kayak CV kerja, dan isinya juga macem-macem, mulai dari kekurangan dan kelebihan, visi misi, target-target dalam hidup (mungkin), kurang lebih kayak menceritakan diri kita lewat CV
Dari ketiga cara ini, kamu bebas mau pilih yang mana, asalkan cara itu cocok dengan kamu.
Kalau aku pribadi, sih, lebih cenderung pake cara pertama. Soalnya aku udah tau dia secara langsung sebelum fase pernikahan ini bermula, aku juga tau secuil tentang pribadinya secara langsung. Aku modelnya agak gak percayaan kalau cuman dibilangin orang lain (karena bisa aja si doi bermuka dua) ataupun pake CV (karena aku nggak ahli soal seleksi via CV)
Lanjut ke kriteria jodoh. Layaknya seleksi administrasi, kamu juga perlu punya kriteria tersendiri untuk memilih jodohmu. Setidaknya, konsultasikan ke orang tua perihal kriteria jodoh yang cocok untukmu, jangan tentukan sendiri. Ini penting karena orang tuamu sudah punya pengalaman tentang masalah jodoh, dan mereka tau apa yang cocok tentang dirimu. Tapi, jika orang tuamu malah ngasih kriteria soal materi, tanyakan alasannya kenapa dan berikan pengertian kepada orang tuamu mengenai faktor materi ini--yang sesungguhnya nggak begitu penting, hehehe
Oiya, aku bikin kriteria ala aku ini setelah aku bertanya sedikit ke orangtuaku. Tapi bukan ke kriteria soal materi, kayak pekerjaan yang pasti ngaruh ke arah kekayaan. Pekerjaan apapun sih bebas, asalkan bukan kerjaan yang haram aja kan. Satu lagi, orang baik itu banyak, tapi yang cocok cuman ada satu. Itu kata ibuku.
Ini dia kriterianya.
1. Seagama dan baik agamanya
Kriteria ini sudah harus pasti ada, dong. Kita harus bener-bener memilih orang yang taat agama, karena agama itu penting dan dibawa sampai mati. Selain itu, orang yang seiman dengan kita tentu aja bakal punya pandangan hidup yang sama. Tapi, terkadang, meskipun seagama, pola pikir dalam hal agamanya juga bisa beda, loh. Ini juga patut diperhatikan. Orang aku sama ayahku aja kadang sudut pandang agamanya bisa beda, kok, apalagi sama calon jodoh.
2. Punya tingkat pendidikan yang minimal sama dengan kita
Kenapa aku masukkan tingkat pendidikan ke sini? Karena orang tuaku bilang, ini juga akan ngaruh ke pola pikir pasangan, dan arahnya juga ke nyambung enggaknya kita ngobrol sama pasangan. Banyak kasus pertengkaran bahkan perceraian yang juga disebabkan oleh pembicaraan yang nggak nyambung satu sama lain.
Contoh gampangnya deh, kayak kita ngejelasin suatu hal baru ke anak SD. Kan anak SD itu kadang nggak ngerti toh apa yang kita omongin? Kita harus muter otak dulu untuk ngejelasin ke dia. Nah sama, pola pikir seseorang yang lulusan SMA akan berbeda sama pola pikir seseorang yang udah sarjana. Makanya kita harus cari pasangan yang tingkat pendidikannya paling enggak sama kayak kita. Misalnya sama-sama sarjana atau sama-sama SMA, gitu. Jurusannya? Bebas asalkan sama jenjangnya.
Nah, kalau yang S-2 atau S-3 gimana? Kalau ini, sah-sah aja mau menikah sama anak S-1, karena persentase orang yang S-2 atau S-3 kan cuman dikit. Kalau bisa ya sama-sama S-2 atau S-3, tapi ya kalau nggak ada S-1 mah nggak papa.
3. Punya visi misi/tujuan yang sama dengan kita
Ini juga penting nih. Meskipun udah seagama, agamanya baik, sependidikan, tapi kalau visi misinya nggak sama ya bisa berabe nanti. Kalau ini, bisa kita gali lewat ta'aruf. Ya karena pada masa itulah kita dan calon pasangan bakal diskusi tentang hal tersebut.
Cara mempersiapkan pernikahan ala aku
Untuk cara mempersiapkan pernikahan, ya kurang lebih konsepnya sama. Ada proses ta'aruf, lamaran, dan akad. Cuman ini teknisnya kadang beda tiap orang.
Pertama, aku mau kasih tips sebelum melamar dulu, ya!
1. Pastikan kita bener-bener siap melamar atau dilamar, jangan asal
Nah, mental kesiapan ini bisa kita dapat kalo kita udah melakukan persiapan dengan benar. Terutama untuk yang cowok, setidaknya kalian harus punya pemasukan yang stabil, dan jangan ngajak cewek hidup susah. Maksud aku gini, lebih baik jangan ngelamar kalo pemasukan kalian masih belum pasti. Meskipun di dalam rumah tangga ada fase susahnya, tapi setidaknya hal itu harus bisa diminimalisir sejak awal.
Selain itu, cowok juga harus ngasih kepastian kapan mau datang ke rumah buat ngajuin lamaran. Entah besok, dua hari lagi, atau misal kasih tanggal. Jangan sok ngetag cewek dan bilang "Kalo udah lulus, kalo udah mapan, dsb." IT'S A BIG NO! Kalo untuk cewek, ketika ada cowok niat ngelamar kamu, langsung tanyain kapan ke rumah. Kalo ngasih jawaban enggak pasti, langsung tolak tanpa syarat.
2. Kenalkan calon pasangan kepada orang tua kamu
Cara ngenalinnya gimana? Ada, sih, calon jodoh yang ke rumah orang tua calon pasangannya, bertemu langsung. Tapi, dari sisi Islam, ini nggak boleh karena resikonya gede. Nah, kalian bisa mengatasinya dengan memberikan foto calon pasangan ke orang tua kalian. Orang tua terkadang juga bisa menilai seseorang hanya dengan fotonya. Toh di CV ta'aruf juga ada foto, kan, jadi cara ini bisa kalian pake.
3. Kuatkan shalat istikharahmu
Jangan lupa untuk selalu minta petunjuk kepada Allah, apakah dia yang terbaik atau bukan. Cara ini bisa kalian pakai meskipun orang tua kalian menyetujui calon tersebut atau enggak. Dengan ibadah ini, kalian bakal tau apakah kalian cocok ke fase ta'aruf ataupun alasan mengapa orangtuamu tidak menyetujui dia. Untuk ibadah yang satu ini, kalian harus terus melakukannya sampai tiba fase akad. Biar jelas semuanya.
4. Lakukan proses ta'aruf, khitbah, dan akad
Jika sudah benar-benar cocok, terutama menurut Allah dan orang tuamu, kamu bisa lanjut ke tiga fase utama di pernikahan. Di ta'aruf, kamu bisa mengenal calon pasangan dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah kamu siapkan, mungkin juga pertanyaan dari orang tuamu atau orang tua pasanganmu. Kamu juga bisa melakukan beberapa 'tes' kecil melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk mengetahui apakah tujuan calon pasanganmu menikah murni karena Allah atau ada motif terselubung. Jika ta'aruf berjalan lancar, maka Insyaa Allah sampai akad pun akan lancar.
Terakhir
Ketika sudah sah menikah, saatnya kamu menerapkan apa yang selama ini kamu persiapkan dan kamu pelajari. Ingat, pernikahan dan rumah tangga adalah urusan seumur hidup. Jadi, kamu harus terus belajar dan mengembangkan dirimu.
Semoga ibadah menikahmu membawamu ke Surga-Nya!
tambahan : maaf kalau tulisan saya berantakan, dan jika kalian ada tanggapan lain, mohon beri komentar ya!
Setelah sekian purnama, akhirnya ada ide nulis lagi. Tapi, kali ini topiknya beneran nyeleneh--dan aslinya bukan aku banget. Yah, udah muncul kan di judul? Jadi aku gausah kasih tau lagi ya, wk
Jadi, kenapa aku bikin tulisan dengan topik seperti ini?
Pertama, karena aku sejak kuliah udah kesel banget sama akhwat yang kebanyakan baper pengen dinikahin, atau ikhwan yang kebanyakan ngasih komitmen nikah gak jelas. Dengan artian, mereka nikah hanya karena pengen menikmati pacaran. HEY HELLO, NIKAH GAK SEMUDAH ITU WOI ELAH
Menikah memang ibadah, tapi tau kan kalau semua ibadah itu nggak bisa asal? Ada aturannya, kan? Orang sholat aja ada aturannya, masa nikah gaada aturannya.
Kedua, demi mengurangi angka pernikahan dini di Indonesia, yang dampaknya bisa merembet ke mana-mana, termasuk angka kelahiran, perceraian, terutama. HEHEHE
Gak usah lama-lama lagi, langsung aku mulai aja deh. Tips mempersiapkan pernikahan ala aku~
Disclaimer : sejujurnya, aku masih belum nikah. Usiaku bahkan masih 21 ketika aku nulis ini. Masih banyak tujuan juga yang belum kecapai. Tapi, tulisan ini nantinya bakal aku pake sebagai guideline aku ketika sudah waktunya. Kalau bisa persiapan dari sekarang kenapa enggak?
Persiapan diri sendiri
Oke, jadi yang pertama, dan yang paling penting adalah persiapkan diri kita sendiri dulu. Ingat, semuanya berawal dari diri sendiri. Tujuannya apa? Biar kita selalu dalam keadaan siap jika mau melamar/sewaktu-waktu kita dilamar. Layaknya kematian, siap nggak siap kita pasti bakal mati. Makanya harus persiapan sedini mungkin.
Bentuk persiapannya seperti apa?
1. Tentukan patokan/target usia kamu akan menikah
Walau ada banyak kasus di mana orang akan menikah lebih cepat atau bahkan lebih lambat dari targetnya, tapi punya standar atau patokan sendiri itu penting. Ini juga termasuk perencanaan. Jadi, kamu bisa merencanakan kira-kira pas umur sekian mau ini, itu, dan sebagainya.
Jika ternyata kamu akan menikah lebih cepat dari waktu target, jangan lupa diskusikan target-target kamu dengan calon pasangan. Kalau lebih lambat, jangan takut gak punya jodoh. Cuman belum waktunya aja itu. Kamu bisa isi waktu dengan banyak hal produktif ketika itu.
2. Perbanyak wawasan
Pasti semua tahu, kan, kalau menambah ilmu itu wajib. Termasuk ilmu pernikahan dan printilannya. Perbanyak literasi mengenai hal-hal tersebut, bisa dari Al-Qur'an, hadits, sunnah Nabi, atau buku-buku lainnya. Kamu bisa bertanya ke orang tuamu atau keluarga terdekatmu. Mereka sudah pernah mengalaminya, jadi perbanyak bertanya kepada mereka juga.
3. Asah kemampuan berumah tangga
Nah, urusan kehidupan pasca nikah alias rumah tangga ini penuh dengan banyak permasalahan kompleks. Lebih kompleks daripada di dunia sekolah, kuliah, bahkan kerja sekalipun. Kalian harus tahu ini. Baik calon suami maupun istri, kemampuan yang harus diasah untuk menghadapi permasalahan ini hampir sama. Contohnya, keterampilan mengurus rumah, mengurus anak, mencari nafkah, bahkan sampai komunikasi dan problem solving juga perlu.
Kalau untuk urusan finansial, perempuan juga perlu nih cari penghasilan tambahan, syukur-syukur kalau bisa dikerjakan dari rumah. Memang sih tugas utamanya adalah mengurus rumah. Tapi, jika sewaktu-waktu suami kamu punya masalah di pekerjaan yang bisa berdampak ke finansial, uang yang kamu peroleh juga bisa kepake untuk bantuin suami dan keluarga kamu, loh. Meskipun penghasilan istri adalah milik istri dan penghasilan suami adalah milik bersama (katanya), tapi dalam rumah tangga itu harus saling membantu juga, terutama sama urusan duit.
3. Sebisa mungkin, susun daftar pertanyaan untuk proses ta'aruf
Ketika kamu bikin perencanaan dalam hal menikah, kadang kamu bakal memikirkan kemungkinan-kemungkinan hal yang terjadi dalam rumah tangga. Entah hasil baca-baca atau hasil tanya orang tua. Biar nggak segera lupa, segera catat pertanyaan itu. Pertanyaan itu nanti bisa kamu ajuin pas ta'aruf untuk ngetes calon pasangan.
4. Jangan lupa niat yang bener, jangan lupa berdoa yang bener
Ini nih yang paling penting. Yang pertama, cek dulu niat dan tujuan kamu menikah itu apa. Ingin menikah karena Allah atau udah terlanjur baper, hayo? Terus, banyak-banyak berdoa kepada Allah agar didatangkan jodoh yang terbaik di waktu terbaik. Jangan memaksakan nama seseorang untuk menjadi pasangan hidupmu. Mintalah yang terbaik, itu saja udah cukup. Allah itu udah tau siapa orang yang benar-benar kamu cintai meskipun kamu gak bilang.
Cara memilih pasangan hidup ala aku
Oke, persiapan diri sendiri udah. Sekarang, lanjut ke cara memilih calon jodoh. Secara garis besar, orang bisa kenal dengan calon jodohnya lewat tiga cara :
1. Kenal di sekolah/kuliah/tempat kerja/organisasi/dsb
Kalau ini, kita kenal dengan calon pasangan kita secara fisik atau secara langsung. Kenal karena dia temen satu kuliahan kah, temen seorganisasi kah, atau yang lain. Jadi kita bener-bener tau dia wajahnya kayak apa, suaranya kayak apa, sikapnya kayak apa, dsb. Bahkan kita pun udah sempet ngobrol dengan si doi, entah tentang kerjaan, tugas, atau sebagainya. Umumnya, kita juga udah tau dia asalnya dari mana, tinggalnya di mana, usianya berapa, kerjanya di mana, dsb. Itu wajar karena pasti sudah ada sesi introduction atau perkenalan duluan pas awal-awal ketemu. Ya kan?
2. Dikenalin keluarga/teman
Kalau yang ini, biasanya pas usia kita sudah menginjak usia rata-rata menikah, kadang beberapa orang tua atau keluarga tiba-tiba ngenalin ke kamu, "Eh, ini ada si A yang mau nikah sama kamu. Mau nggak? Orangnya begini begini begini....." Nah, dari sini kita bisa tau kalau kita bakal kenal sama dia dari 'katanya' orang lain. Biasanya, ketika yang ngenalin ini adalah orang-orang terdekat yang pastinya kamu percaya, kamu sendiri juga bakal percaya apa yang dikatakan itu.
3. Pake CV ta'aruf
Cara yang terakhir ini adalah cara yang juga banyak dipakai oleh ikhwan maupun akhwat karena dia bener-bener mengusung unsur Islami. Hampir sama sih dengan cara dikenalin, tapi di sini bedanya adalah kita mengenal calon pasangan lewat CV. Wajahnya kita cuman dikasih foto, dan di situ juga ada biodata calon pasangan kita. Udahlah, pokoknya persis kayak CV ketika kita ngelamar kerja.
Update : dapat tambahan nih dari temen, hehe
Untuk isinya CV ta'aruf itu mirip kayak CV kerja, dan isinya juga macem-macem, mulai dari kekurangan dan kelebihan, visi misi, target-target dalam hidup (mungkin), kurang lebih kayak menceritakan diri kita lewat CV
Dari ketiga cara ini, kamu bebas mau pilih yang mana, asalkan cara itu cocok dengan kamu.
Kalau aku pribadi, sih, lebih cenderung pake cara pertama. Soalnya aku udah tau dia secara langsung sebelum fase pernikahan ini bermula, aku juga tau secuil tentang pribadinya secara langsung. Aku modelnya agak gak percayaan kalau cuman dibilangin orang lain (karena bisa aja si doi bermuka dua) ataupun pake CV (karena aku nggak ahli soal seleksi via CV)
Lanjut ke kriteria jodoh. Layaknya seleksi administrasi, kamu juga perlu punya kriteria tersendiri untuk memilih jodohmu. Setidaknya, konsultasikan ke orang tua perihal kriteria jodoh yang cocok untukmu, jangan tentukan sendiri. Ini penting karena orang tuamu sudah punya pengalaman tentang masalah jodoh, dan mereka tau apa yang cocok tentang dirimu. Tapi, jika orang tuamu malah ngasih kriteria soal materi, tanyakan alasannya kenapa dan berikan pengertian kepada orang tuamu mengenai faktor materi ini--yang sesungguhnya nggak begitu penting, hehehe
Oiya, aku bikin kriteria ala aku ini setelah aku bertanya sedikit ke orangtuaku. Tapi bukan ke kriteria soal materi, kayak pekerjaan yang pasti ngaruh ke arah kekayaan. Pekerjaan apapun sih bebas, asalkan bukan kerjaan yang haram aja kan. Satu lagi, orang baik itu banyak, tapi yang cocok cuman ada satu. Itu kata ibuku.
Ini dia kriterianya.
1. Seagama dan baik agamanya
Kriteria ini sudah harus pasti ada, dong. Kita harus bener-bener memilih orang yang taat agama, karena agama itu penting dan dibawa sampai mati. Selain itu, orang yang seiman dengan kita tentu aja bakal punya pandangan hidup yang sama. Tapi, terkadang, meskipun seagama, pola pikir dalam hal agamanya juga bisa beda, loh. Ini juga patut diperhatikan. Orang aku sama ayahku aja kadang sudut pandang agamanya bisa beda, kok, apalagi sama calon jodoh.
2. Punya tingkat pendidikan yang minimal sama dengan kita
Kenapa aku masukkan tingkat pendidikan ke sini? Karena orang tuaku bilang, ini juga akan ngaruh ke pola pikir pasangan, dan arahnya juga ke nyambung enggaknya kita ngobrol sama pasangan. Banyak kasus pertengkaran bahkan perceraian yang juga disebabkan oleh pembicaraan yang nggak nyambung satu sama lain.
Contoh gampangnya deh, kayak kita ngejelasin suatu hal baru ke anak SD. Kan anak SD itu kadang nggak ngerti toh apa yang kita omongin? Kita harus muter otak dulu untuk ngejelasin ke dia. Nah sama, pola pikir seseorang yang lulusan SMA akan berbeda sama pola pikir seseorang yang udah sarjana. Makanya kita harus cari pasangan yang tingkat pendidikannya paling enggak sama kayak kita. Misalnya sama-sama sarjana atau sama-sama SMA, gitu. Jurusannya? Bebas asalkan sama jenjangnya.
Nah, kalau yang S-2 atau S-3 gimana? Kalau ini, sah-sah aja mau menikah sama anak S-1, karena persentase orang yang S-2 atau S-3 kan cuman dikit. Kalau bisa ya sama-sama S-2 atau S-3, tapi ya kalau nggak ada S-1 mah nggak papa.
3. Punya visi misi/tujuan yang sama dengan kita
Ini juga penting nih. Meskipun udah seagama, agamanya baik, sependidikan, tapi kalau visi misinya nggak sama ya bisa berabe nanti. Kalau ini, bisa kita gali lewat ta'aruf. Ya karena pada masa itulah kita dan calon pasangan bakal diskusi tentang hal tersebut.
Cara mempersiapkan pernikahan ala aku
Untuk cara mempersiapkan pernikahan, ya kurang lebih konsepnya sama. Ada proses ta'aruf, lamaran, dan akad. Cuman ini teknisnya kadang beda tiap orang.
Pertama, aku mau kasih tips sebelum melamar dulu, ya!
1. Pastikan kita bener-bener siap melamar atau dilamar, jangan asal
Nah, mental kesiapan ini bisa kita dapat kalo kita udah melakukan persiapan dengan benar. Terutama untuk yang cowok, setidaknya kalian harus punya pemasukan yang stabil, dan jangan ngajak cewek hidup susah. Maksud aku gini, lebih baik jangan ngelamar kalo pemasukan kalian masih belum pasti. Meskipun di dalam rumah tangga ada fase susahnya, tapi setidaknya hal itu harus bisa diminimalisir sejak awal.
Selain itu, cowok juga harus ngasih kepastian kapan mau datang ke rumah buat ngajuin lamaran. Entah besok, dua hari lagi, atau misal kasih tanggal. Jangan sok ngetag cewek dan bilang "Kalo udah lulus, kalo udah mapan, dsb." IT'S A BIG NO! Kalo untuk cewek, ketika ada cowok niat ngelamar kamu, langsung tanyain kapan ke rumah. Kalo ngasih jawaban enggak pasti, langsung tolak tanpa syarat.
2. Kenalkan calon pasangan kepada orang tua kamu
Cara ngenalinnya gimana? Ada, sih, calon jodoh yang ke rumah orang tua calon pasangannya, bertemu langsung. Tapi, dari sisi Islam, ini nggak boleh karena resikonya gede. Nah, kalian bisa mengatasinya dengan memberikan foto calon pasangan ke orang tua kalian. Orang tua terkadang juga bisa menilai seseorang hanya dengan fotonya. Toh di CV ta'aruf juga ada foto, kan, jadi cara ini bisa kalian pake.
3. Kuatkan shalat istikharahmu
Jangan lupa untuk selalu minta petunjuk kepada Allah, apakah dia yang terbaik atau bukan. Cara ini bisa kalian pakai meskipun orang tua kalian menyetujui calon tersebut atau enggak. Dengan ibadah ini, kalian bakal tau apakah kalian cocok ke fase ta'aruf ataupun alasan mengapa orangtuamu tidak menyetujui dia. Untuk ibadah yang satu ini, kalian harus terus melakukannya sampai tiba fase akad. Biar jelas semuanya.
4. Lakukan proses ta'aruf, khitbah, dan akad
Jika sudah benar-benar cocok, terutama menurut Allah dan orang tuamu, kamu bisa lanjut ke tiga fase utama di pernikahan. Di ta'aruf, kamu bisa mengenal calon pasangan dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah kamu siapkan, mungkin juga pertanyaan dari orang tuamu atau orang tua pasanganmu. Kamu juga bisa melakukan beberapa 'tes' kecil melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk mengetahui apakah tujuan calon pasanganmu menikah murni karena Allah atau ada motif terselubung. Jika ta'aruf berjalan lancar, maka Insyaa Allah sampai akad pun akan lancar.
Terakhir
Ketika sudah sah menikah, saatnya kamu menerapkan apa yang selama ini kamu persiapkan dan kamu pelajari. Ingat, pernikahan dan rumah tangga adalah urusan seumur hidup. Jadi, kamu harus terus belajar dan mengembangkan dirimu.
Semoga ibadah menikahmu membawamu ke Surga-Nya!
tambahan : maaf kalau tulisan saya berantakan, dan jika kalian ada tanggapan lain, mohon beri komentar ya!
Komentar
Posting Komentar