Teks Drama "Hitam Dalam Gelap" (Part 6) [END]

        Keesokan harinya, Ginny diam-diam bertemu dengan Indra.



Ginny : “Indra, aku benar-benar tidak bersalah.”
Indra : “Tapi, Ginny, bukti menuju kepadamu. Aku juga tidak tega kalau pembunuh teman-temanku tidak tertangkap.”
Ginny : “Baiklah, ayo kita mencari bukti yang lain.”

        Di tempat lain, Aurela menuju ke TKP sendirian.

Aurela : “Apakah di sini masih ada bukti yang tertinggal?”

        Beberapa saat kemudian, Aurela menemukan sebuah gelang hitam.

Aurela : “Gelang hitam ini milik siapa, ya? Aku seperti pernah melihatnya. Sudahlah, benda ini kubawa dulu dan akan kutunjukkan kepada Indra.”

        Keesokan harinya, Aurela memberi gelang itu kepada Indra. Dari kejauhan, John menguping pembicaraan mereka.

Aurela : “Indra, em… Kamu tahu tidak, gelang ini punya siapa?”
Indra : “Nggak tuh, memangnya kenapa?”
Aurela : “Aku menemukannya di TKP.”
Indra : “Aku kurang tahu. Sebaiknya benda ini kubawa saja. Benda ini bisa dijadikan barang bukti nantinya.”
Aurela : “OK.”

        Beberapa hari kemudian, Aurela, Ginny, dan John berkumpul di taman.

Aurela : (berkata dalam hati sambil melirik gelang John) “Gelang itu…? Ah, iya! Itu kan gelang yang mirip dengan yang kutemukan di TKP!”
John : “Halo, Aurela! Jangan melamun saja!”
Ginny : “Iya, nih, kamu kebanyakan melamun.”
Aurela : “Eh… Em… Iya. Maaf, ya. Aku agak nggak enak badan.”
Ginny : “Ya sudah, sebaiknya kamu istirahat dulu.”
Aurela : “Iya. Aku pulang dulu ya….”

        Saat Aurela berjalan pulang, seseorang yang memakai topeng hendak menusuk Aurela dari belakang, namun Aurela menghindar.

Aurela : “Si… Siapa kamu?”
Orang bertopeng : “Hahaha. Matilah.”
Aurela : “Apa maksudnya?”
Orang bertopeng : “Kamu harus mati!”
Aurela : “Kamu…. Kamu….”
Orang bertopeng : “Kamu harus mati! Mati!”
Aurela : “A… a… auu!”
Ginny : (melihat dari kejauhan) “Aurela, awas!”
Aurela : “Ginny, tolong!”
Ginny : “Ada apa, Aurela? Siapa dia?”
Aurela : “Dia yang membunuh teman-teman!”
Ginny : “Benarkah? Teganya kamu kepada kita? Apa salah kita? Kenapa kamu tega?”
Orang bertopeng : “Hahaha matilah kalian.”
Ginny : “Maafkan kami siapapun kamu.”
Aurela : “Iya, mumpung belum terlambat.”
Orang bertopeng : “Okey, kalian tidak akan kubunuh, tapi kalian harus disingkirkan sampai rencanaku selesai.”

        Keesokan harinya saat Indra bertemu John di lorong kampus yang sepi….

Indra : “John!” (sambil menepuk bahu John)
John : “Ada apa?”
Indra : “Kamu tahu? Aurela dan Ginny hilang. Aku takut mereka diculik orang yang jahat atau bahkan lebih buruk lagi.”
John : “Mana ku tahu, toh mereka juga gak ada gunanya, hanya pengacau.”
Indra : “Pengacau? Apa maksudmu? Kupikir kamu teman kami.”
John : “Hahaha lihat saja nanti.”
Indra : “Aku tak mengerti maksudmu.”
John “ Haha, kau memang bodoh.”
Indra : “Maksudmu apa? Apa penyebab kematian teman-temanku, bagaimana bisa?”
John : “Ya. Awalnya aku berniat membunuhmu. Aku tak rela lelaki bodoh sepertimu dijadikan pemimpin.”
Indra : “Jadi kau yang membunuh Evelyna, Stevia, Bellya, dan Rosalina? Jangan-jangan kau sudah membunuh Ginny dan Aurela?”
John “ Ya, baru kali ini kamu pintar. Awalnya aku akan membunuh mereka berdua.”
Indra : “Awalnya kau baik, tapi sekarang sifat aslimu muncul, kau sangat kejam. Itukah sifat pemimpin?”
John : “Hahaha. Menurutmu?”
Indra : “Ah sudahlah, terus maumu sekarang apa?”
John : “Membunuhmu.”
Indra : “Oh? Apa semua ini bisa diselesaikan dengan pembunuhan? Tak ada jalan lain?”
John : “Tak ada selain aku membunuhmu.” (mengeluarkan pisau dari saku)

        John dan Indra terlibat dalam sebuah pertempuran sengit. Mereka beradu kekuatan. Sampai John terpojok dan Indra tak sengaja menusuk perut John.

Indra : “Maafkan aku John, aku tak bermaksud untuk menusukmu.”
John : “Hahaha, selamat tinggal orang bodoh.”

        Indra beranjak pergi dari lokasi. Sebelum dia beranjak, dia melihat sebuah kertas kecil yang bergambar peta.

Hantu Evelyna : “Tuh Ndra, peta lokasi Aurela dan Ginny disekap.”
Hantu Bellya : “Mereka masih hidup!”
Hantu Stevia : “Cepat!”

        Setelah mendengar suara tersebut, Indra bergegas ke Mr. Vaint untuk memberitahu semua yang diketahuinya dan lokasi teman mereka disekap.
Indra mengetuk ruangan Mr. Vaint.

Indra : “Pak, Pak!” (sambil terengah-engah)
Mr. Vaint : “Ada apa? Tenangkan dirimu dulu.”
Indra : “Begini, Pak, saya sudah tau siapa pembunuhnya. Pembunuhnya adalah John. Dia yang membunuh semua teman-teman saya. Dan saya minta maaf saya tidak sengaja membunuh John, karena dia mencoba membunuh saya. Sekarang mayatnya ada di parkiran mobil dekat mobil bapak.”
Mr. Vaint : “Benarkah? Aku tak percaya dengan semua ini. Baiklah aku aka menelefon satpam dan kalau memberitahu kalau ada mayat di parkiran.”
Indra : “Dan satu lagi, Pak, Aurela dan Ginny sedang disekap oleh John di markasnya. Markasnya tidak jauh dari sini.”
Mr. Vaint : “Baiklah mari kita ke sana!”

        Mereka pun segera menuju ke markas John. Sesampainya di markas, Indra langsung mendobrak pintu markas tersebut. Terlihat Ginny dan Aurela sedang terikat. Indra dan Mr. Vaint pun melepaskan ikatan mereka.

Ginny : “Terimakasih, Pak. Terimakasih, Indra.”
Aurela : “Saya sangat berterimakasih.”
Mr. Vaint : “Iya, sama-sama.”
Ginny : “Bagaimana John?”
Indra : “Tenang saja, dia tidak akan mengganggu kita lagi.”
Mr. Vaint : “Dia sudah meninggal.”

*****

Indra : “Seperti itu sejarah tentang universitas ini. Mungkin, mereka yang mati saat itu sekarang ada di sebelahmu. Soalnya, aku dari tadi mendengar suara mereka.”
Adimas : “Waduh, kulo wedi mas.”
Indra : “Apa? Kamu wedhi? Wedhi iku pasir kan?”
Adimas : “Bukan mas! Wedi itu takut.”
Indra : “Oh….”
Adimas : “Matur nuwun mas. Kulo tak mlebet ruangan.”
Indra : “Oke… Oke…”

        Sementara itu….

Hantu Evelyna : “Kita kayak artis ya.”
Hantu Evelyna : “Iya, artis internasional.”
Hantu Evelyna dan Hantu Stevia : “Hahaha…”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Kimia : Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

REVIEW LAGU CHEN - SHALL WE?