Teks Drama "Hitam dalam Gelap" (Part 1)
Tokoh-Tokoh :
- Adimas Putro Bumi Suryaning Langit
- Indra Krisyanto
- Stevia Müller
- Evelyna Köhler
- John Shakespeare
- Bellya Lantern
- Ginny Swan
- Rosalina Indah
- Mr. Vaint
- Aurela Natasha
Pada tahun 2010, diadakan penerimaan mahasiswa baru di sebuah universitas yang bernama “Universitas Bolang”. Seorang mahasiswa baru berasal dari desa yang terpencil datang untuk menimba ilmu di Fakultas Kepo (Kemampuan Eksplorasi Pengembangan Otak). Ia bernama Adimas, karena berasal dari desa, ia benar-benar kagum melihat gedung universitas yang besar dan megah itu.
Adimas : (berhenti di depan gerbang kampus) “Lhadalah, besar banget gedungnya. Kayak istana.”
Kemudian, ia menyusuri halaman kampus. Setelah beberapa menit, akhirnya ia sampai di depan kelasnya. Adimas membaca tulisan yang tertera di atas pintu kelas.
Adimas : “Fakultas Kepo. Nah, ini kelasku.”
Ketika akan masuk ke kelas, ia melihat ada seseorang sedang duduk sendiri sambil bermain gadget di tempat duduk dekat pintu. Adimas menghampirinya.
Adimas : (sambil memegangi tas) “Nuwun sewu, mas.”
Indra : (meletakkan gadget kemudian mengambil dompet dan membukanya) “Mboten gadah.”
Adimas : (terkejut) “Lho ya, aku mau tanya, mas. Bukan minta uang.”
Indra : (menoleh dengan wajah bingung) “Oalah, kirain orang minta-minta mas. Mau tanya apa?”
Adimas : “Sebelumnya, nama sampean siapa ya?”
Indra : (mengulurkan tangan) “Oh iya, aku Indra. Kamu?”
Adimas : (menyambut uluran tangan Indra) “Aku Adimas Putro Bumi Suryaning Langit.”
Indra : (membuang muka) “Etdaaaahh, itu nama apa pepak bahasa Jawa. (menoleh pada Adimas sambil tersenyum) Oh iya iya, dipanggilnya siapa, ya?”
Adimas : “Adimas aja, mas. Hehehe.”
Indra : “Hmm, mahasiswa baru, ya?”
Adimas : “Iya, mas. Di fakultas ini.” (menunjuk arah kelas Fakultas Kepo)
Indra : “Oh, kalau aku alumni fakultas ini.”
Adimas : “Sudah alumni toh? Terus, masnya ngapain sekarang di sini?”
Indra : (memandang lurus ke depan) “Lagi kangen sama masa-masa kuliah aja. Kangen sahabat-sahabat aku juga.”
Adimas : “Oh, gitu. Mas, kenapa ya kok peminat di fakultas ini cuma sedikit?”
Indra : “Itu ada sejarahnya.”
Adimas : “Sejarah? Apa toh mas sejarahnya? Maklum, aku dari desa. Jadi nggak ngerti sejarahnya orang-orang yang ada di kota.”
Indra : “Hahaha, oke. Aku dongengin.”
Ingatan Indra kembali tenggelam dalam kejadian-kejadian di waktu dulu. Pandangannya lurus ke depan seolah di hadapannya kembali terulang kenangannya bersama sahabat-sahabatnya. Ia menceritakan kenangannya satu persatu. Setelah itu, Indra berhenti bercerita sejenak.
Adimas : (kebingungan) “Lho, mas. Kok diem?”
Indra : (tersadar dari lamunannya) “Eh, maaf. Agak sedih kalau ingat masa-masa itu.”
Adimas : “Masnya kayak sedih banget. Kenapa sih, mas?”
Indra : “Hmm, gini Dim ceritanya.”
Indra menceritakan masa-masa indahnya dulu, saat ia baru menjadi mahasiswa, saat ia mengenal teman baru yang pada akhirnya menjadi sahabat terbaiknya, saat ia kehilangan salah satu sahabatnya, dan semua yang ia alami. Di tengah-tengah ceritanya, tiba-tiba terdengar suara.
TRATANGTANGDUNGTAKDUNGGLENGDARJEDUGJEDAGDOR!!
Adimas : (terkejut) “Suara apa itu, mas?”
Indra : (pura-pura tidak mendengar) “Suara apaan? Nggak denger apa-apa tuh.”
Hantu Stevia : “Tuh kan, Indra mulai lagi.”
Hantu Evelyna : “Aduh, sudahlah biarin. Dia juga pingin kita terkenal di kampus ini. Makanya, tiap ada orang baru dia cerita soal kita. Nggak sabar, bentar lagi pasti jadi hantu terkenal.”
Hantu Stevia : “Kenapa nggak dari dulu-dulu aja terkenalnya? Waktu masih jadi manusia.”
Hantu Evelyna : “Udah suratan takdir keleusss.”
Lanjut ke Part 2
- Adimas Putro Bumi Suryaning Langit
- Indra Krisyanto
- Stevia Müller
- Evelyna Köhler
- John Shakespeare
- Bellya Lantern
- Ginny Swan
- Rosalina Indah
- Mr. Vaint
- Aurela Natasha
Pada tahun 2010, diadakan penerimaan mahasiswa baru di sebuah universitas yang bernama “Universitas Bolang”. Seorang mahasiswa baru berasal dari desa yang terpencil datang untuk menimba ilmu di Fakultas Kepo (Kemampuan Eksplorasi Pengembangan Otak). Ia bernama Adimas, karena berasal dari desa, ia benar-benar kagum melihat gedung universitas yang besar dan megah itu.
Adimas : (berhenti di depan gerbang kampus) “Lhadalah, besar banget gedungnya. Kayak istana.”
Kemudian, ia menyusuri halaman kampus. Setelah beberapa menit, akhirnya ia sampai di depan kelasnya. Adimas membaca tulisan yang tertera di atas pintu kelas.
Adimas : “Fakultas Kepo. Nah, ini kelasku.”
Ketika akan masuk ke kelas, ia melihat ada seseorang sedang duduk sendiri sambil bermain gadget di tempat duduk dekat pintu. Adimas menghampirinya.
Adimas : (sambil memegangi tas) “Nuwun sewu, mas.”
Indra : (meletakkan gadget kemudian mengambil dompet dan membukanya) “Mboten gadah.”
Adimas : (terkejut) “Lho ya, aku mau tanya, mas. Bukan minta uang.”
Indra : (menoleh dengan wajah bingung) “Oalah, kirain orang minta-minta mas. Mau tanya apa?”
Adimas : “Sebelumnya, nama sampean siapa ya?”
Indra : (mengulurkan tangan) “Oh iya, aku Indra. Kamu?”
Adimas : (menyambut uluran tangan Indra) “Aku Adimas Putro Bumi Suryaning Langit.”
Indra : (membuang muka) “Etdaaaahh, itu nama apa pepak bahasa Jawa. (menoleh pada Adimas sambil tersenyum) Oh iya iya, dipanggilnya siapa, ya?”
Adimas : “Adimas aja, mas. Hehehe.”
Indra : “Hmm, mahasiswa baru, ya?”
Adimas : “Iya, mas. Di fakultas ini.” (menunjuk arah kelas Fakultas Kepo)
Indra : “Oh, kalau aku alumni fakultas ini.”
Adimas : “Sudah alumni toh? Terus, masnya ngapain sekarang di sini?”
Indra : (memandang lurus ke depan) “Lagi kangen sama masa-masa kuliah aja. Kangen sahabat-sahabat aku juga.”
Adimas : “Oh, gitu. Mas, kenapa ya kok peminat di fakultas ini cuma sedikit?”
Indra : “Itu ada sejarahnya.”
Adimas : “Sejarah? Apa toh mas sejarahnya? Maklum, aku dari desa. Jadi nggak ngerti sejarahnya orang-orang yang ada di kota.”
Indra : “Hahaha, oke. Aku dongengin.”
Ingatan Indra kembali tenggelam dalam kejadian-kejadian di waktu dulu. Pandangannya lurus ke depan seolah di hadapannya kembali terulang kenangannya bersama sahabat-sahabatnya. Ia menceritakan kenangannya satu persatu. Setelah itu, Indra berhenti bercerita sejenak.
Adimas : (kebingungan) “Lho, mas. Kok diem?”
Indra : (tersadar dari lamunannya) “Eh, maaf. Agak sedih kalau ingat masa-masa itu.”
Adimas : “Masnya kayak sedih banget. Kenapa sih, mas?”
Indra : “Hmm, gini Dim ceritanya.”
Indra menceritakan masa-masa indahnya dulu, saat ia baru menjadi mahasiswa, saat ia mengenal teman baru yang pada akhirnya menjadi sahabat terbaiknya, saat ia kehilangan salah satu sahabatnya, dan semua yang ia alami. Di tengah-tengah ceritanya, tiba-tiba terdengar suara.
TRATANGTANGDUNGTAKDUNGGLENGDARJEDUGJEDAGDOR!!
Adimas : (terkejut) “Suara apa itu, mas?”
Indra : (pura-pura tidak mendengar) “Suara apaan? Nggak denger apa-apa tuh.”
Hantu Stevia : “Tuh kan, Indra mulai lagi.”
Hantu Evelyna : “Aduh, sudahlah biarin. Dia juga pingin kita terkenal di kampus ini. Makanya, tiap ada orang baru dia cerita soal kita. Nggak sabar, bentar lagi pasti jadi hantu terkenal.”
Hantu Stevia : “Kenapa nggak dari dulu-dulu aja terkenalnya? Waktu masih jadi manusia.”
Hantu Evelyna : “Udah suratan takdir keleusss.”
Lanjut ke Part 2
Komentar
Posting Komentar